BAB I
PENDAHULUAN
C. Latar Belakang
Indonesia
terdapat banyak kesenian yang beranekaragamdan memiliki spesifikasi berbeda
antara satu dengan yang lain.Jenis kesenian yang menyatu dengan kehidupan
masyarakat itutelah dipelihara dan mampu dikembangkan oleh masing-masingdaerah,
sehingga menjadi tradisi lokal. Masing-masing daerahmemiliki rasa bangga karena
kesenian tradisi dapat menjadiidentitas daerahnya.Seni budaya merupakan karya
yang tidak diperlukanlangsung (primer) dalam kehidupan sehari-hari untuk
bertahanhidup,1 tetapi dapat menjadi kebutuhan sekunder untukmelengkapi
kehidupannya. Seni merupakan salah satu bagian darikebudayaan yang terdiri dari
seni rupa, seni gerak, seni suara,seni musik, dan seni karawitan. Cabang-cabang
seni tersebutmemiliki spesifikasi yang membedakan satu dengan lainnya.Apabila
seni diolah dengan benar maka akan menarik dan indahbila dilihat, nikmat
didengar seperti ketika melihat lukisan,pertunjukan tari, teater, wayang, atau
mendengarkan musik.
D. Rumusan masalah
-
Bagaimana
sejarah Saron?
-
Jenis-jenis
musik Saron?
-
Bagaimana
cara untuk memainkan alat musik tersebut?
-
Siapa
saja tokoh musik Saron?
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian dan sejarah saron
Saron atau yang biasanya disebut juga ricik ,adalah
salah satu instrumen gamelan yang termasuk keluarga balungan.
Dalam satu set gamelan biasanya mempunyai 4 saron, dan semuanya memiliki
versi pelog dan slendro. Saron menghasilkan nada satu oktaf lebih tinggi
daripada demung, dengan ukuran fisik yang lebih kecil. Tabuh saron biasanya
terbuat dari kayu, dengan bentuk seperti palu.
Cara menabuhnya ada yang biasa sesuai nada, nada yang imbal, atau
menabuh bergantian antara saron 1 dan saron 2. Cepat lambatnya dan keras
lemahnya penabuhan tergantung pada komando dari kendang dan jenis gendhingnya.
Pada gendhing Gangsaran yang menggambarkan kondisi peperangan misalnya, ricik
ditabuh dengan keras dan cepat. Pada gendhing Gati yang bernuansa militer,
ricik ditabuh lambat namun keras. Ketika mengiringi lagu ditabuh pelan.
Dalam memainkan saron, tangan kanan memukul wilahan / lembaran logam
dengan tabuh, lalu tangan kiri memencet wilahan yang dipukul sebelumnya untuk
menghilangkan dengungan yang tersisa dari pemukulan nada sebelumnya. Teknik ini
disebut memathet (kata dasar: pathet = pencet)
Saron
merupakan alat musik tradisional yang berkembang di pulau Jawa. Saron adalah
salah satu instrumen gamelan yang termasuk keluarga balungan. Dalam satu set
gamelan biasanya mempunyai 4 saron, dan semuanya memiliki versi pelog dan
slendro. Saron menghasilkan nada satu oktaf lebih tinggi daripada demung,
dengan ukuran fisik yang lebih kecil. Tabuh saron biasanya terbuat dari kayu,
dengan bentuk seperti palu.
Saron
merupakan salah satu dari jenis alat musik tradisional yang bernama Balungan,
Balungan sendiri terdiri dari 4 alat musik, yaitu:
- Demung: Alat ini berukuran besar dan beroktaf tengah. Demung memainkan balungan gendhing dalam wilayahnya yang terbatas. Lazimnya, satu perangkat gamelan mempunyai satu atau dua demung. Tetapi ada gamelan di kraton yang mempunyai lebih dari dua demung.
- Saron: Alat ini berukuran sedang dan beroktaf tinggi. Seperti demung, Saron memainkan balungan dalam wilayahnya yang terbatas. Pada teknik tabuhan imbal-imbalan, dua saron memainkan lagu jalin menjalin yang bertempo cepat. Seperangkat gamelan mempunyai dua Saron, tetapi ada gamelan yang mempunyai lebih dari dua saron.
- Peking: erbentuk saron yang paling kecil dan beroktaf paling tinggi. Saron panerus atau peking ini memainkan tabuhan rangkap dua atau rangkap empat lagu balungan.
- Slenthem: enurut konstruksinya, slenthem termasuk keluarga gender; malahan kadang-kadang ia dinamakan gender panembung. Tetapi slenthem mempunyai bilah sebanyak bilah saron; Ia beroktaf paling rendah dalam kelompok instrumen saron (balungan). Seperti demung dan saron barung, slenthem memainkan lagu balungan dalam wilayahnya yang terbatas. Slenthem merupakan salah satu instrumen gamelan yang terdiri dari lembaran lebar logam tipis yang diuntai dengan tali dan direntangkan di atas tabung-tabung dan menghasilkan dengungan rendah atau gema yang mengikuti nada saron, ricik, dan balungan bila ditabuh. Seperti halnya pada instrumen lain dalam satu set gamelan, slenthem tentunya memiliki versi slendro dan versi pelog. Wilahan Slenthem Pelog umumnya memiliki rentang nada C hingga B, sedangkan slenthem slendro memiliki rentang nada C, D, E, G, A, C’.
Penampilan awal
dikenal dari saron tunggal oktaf adalah dalam bantuan di Borobudur, dari abad
ke-9. Hal itu sebelumnya diduga bahwa saron yang berasal dari dekomposisi dari
gangsa gambang, setelah jatuh dari penggunaan. Mantle Hood menolak hipotesis
ini, dan mengaitkan preferensi untuk oktaf tunggal dengan bentuk karakteristik
irama di pathet tersebut. Tidak ada bukti bahwa gambang gangsa lebih tua dari
saron; memang, mungkin lebih muda.
Cara
menabuh Saron yaitu dengan tangan kanan mengayunkan pemukulnya dan tangan kiri
melakukan “patet”, yaitu menahan getaran yang terjadi pada lembaran logam.
Dalam menabuh slenthem lebih dibutuhkan naluri atau perasaan si penabuh untuk
menghasilkan gema ataupun bentuk dengungan yang baik. Pada notasi C, D, E, G
misalnya, gema yang dihasilkan saat menabuh nada C harus hilang tepat saat nada
D ditabuh, dan begitu seterusnya.
Untuk
tempo penabuhan, cara yang digunakan sama seperti halnya bila menggunakan
balungan, ricik, dan saron. Namun untuk keadaan tertentu misalnya demung imbal,
maka slenthem dimainkan untuk mengisi kekosongan antara nada balungan yang
ditabuh lambat dengan menabuh dua kali lipat ketukan balungan. Atau bisa juga
pada kondisi slenthem harus menabuh setengah kali ada balungan karena balungan
sedang ditabuh cepat, misalnya ketika gendhing Gangsaran.
istilah umum untuk instrumen - instrumen berbentuk
bilahan dengan enam atau tujuh bilah (satu oktaf atau satu oktaf dan satu nada)
ditumpangkan pada bingkai kayu yang juga berfungsi sebagai resonator.
Instrumen mi ditabuh dengan tabuh dibuat dari kayu atau tanduk (yang akhir ini untuk peking).
Menurut ukuran dan fungsinya, terdapat tiga jenis saran:
- demung,
- saron barung, dan
- saron panerus atau peking.
Instrumen mi ditabuh dengan tabuh dibuat dari kayu atau tanduk (yang akhir ini untuk peking).
Menurut ukuran dan fungsinya, terdapat tiga jenis saran:
- demung,
- saron barung, dan
- saron panerus atau peking.
DEMUNG
Saron berukuran besar dan beroktaf tengah.
Demung memainkan balungan gendhing dalam wilayahnya yang terbatas.
Pada teknik pinjalan, dua demung dan slenthem membentuk lagu jalin-menjalin.
Umumnya, satu perangkat gamelan mempunyai satu atau dua demung.
Tetapi ada gamelan di kraton yang mempunyai lebih dari dua demung.
Saron berukuran besar dan beroktaf tengah.
Demung memainkan balungan gendhing dalam wilayahnya yang terbatas.
Pada teknik pinjalan, dua demung dan slenthem membentuk lagu jalin-menjalin.
Umumnya, satu perangkat gamelan mempunyai satu atau dua demung.
Tetapi ada gamelan di kraton yang mempunyai lebih dari dua demung.
SARON BARUNG
Saron berukuran sedang dan beroktaf tinggi.
Seperti demung, saron barung memainkan balungan dalam wilayahnya yang terbatas.
Pada teknik tabuhan imbal-imbalan, dua saron barung memainkan lagu jalin menjalin yang bertempo cepat. Seperangkat gamelan mempunyai satu atau dua saran barung, tetapi ada gamelan yang mempunyai lebih dan dua saron barung.
Suatu perangkat gamelan bisa mempunyai saron wayangan yang berbilah sembilan. Sebagaimana namanya menunjukkan, saron ini dimainkan khususnya untuk ansambel mengiringi pertunjukan wayang.
Saron berukuran sedang dan beroktaf tinggi.
Seperti demung, saron barung memainkan balungan dalam wilayahnya yang terbatas.
Pada teknik tabuhan imbal-imbalan, dua saron barung memainkan lagu jalin menjalin yang bertempo cepat. Seperangkat gamelan mempunyai satu atau dua saran barung, tetapi ada gamelan yang mempunyai lebih dan dua saron barung.
Suatu perangkat gamelan bisa mempunyai saron wayangan yang berbilah sembilan. Sebagaimana namanya menunjukkan, saron ini dimainkan khususnya untuk ansambel mengiringi pertunjukan wayang.
SARON PANERUS (PEKING)
Saron yang paling kecil dan beroktaf paling tinggi.
Saron panerus atau peking ini memainkan tabuhan rangkap dua atau rangkap empat lagu balungan.
Lagu peking juga berusaha menguraikan lagu balungan dalam konteks lagu gendhing.
Saron yang paling kecil dan beroktaf paling tinggi.
Saron panerus atau peking ini memainkan tabuhan rangkap dua atau rangkap empat lagu balungan.
Lagu peking juga berusaha menguraikan lagu balungan dalam konteks lagu gendhing.
2.
Cara Memainkan
Untuk
memainkan saron dibutuhkan alat penabuh. Alat penabuh tersebut berbentuk
seperti palu dan terbuat dari kayu. Cara menabuhnya ada yang biasa sesuai nada,
nada yang imbal, atau menabuh bergantian antara saron 1 dan saron 2. Cepat
lambatnya dan keras lemahnya penabuhan tergantung pada komando dari kendang dan
jenis gendhingnya. Pada gendhing Gangsaran yang menggambarkan kondisi
peperangan misalnya, ricik ditabuh dengan keras dan cepat. Pada gendhing Gati
yang bernuansa militer, ricik ditabuh lambat namun keras. Ketika mengiringi
lagu ditabuh pelan.
Memathet
(kata dasar: pathet = pencet) adalah teknik yang digunakan dalam
memainkan saron. Caranya sebagai berikut :
1. Tangan
kanan memukul wilahan / lembaran logam dengan tabuh
2.
Kemudian tangan kiri memencet wilahan yang dipukul sebelumnya untuk menghilangkan
dengungan yang tersisa dari pemukulan nada sebelumnya.
3.
Jenis Saron
Berikut
jenis-jenis saron :
- Saron panerus
- Saron barung
- Demung
BAB III
PENUTUP
3. Kesimpulan
Saron atau
disebut juga ricik ,adalah salah satu instrumen gamelan yang termasuk keluarga
balungan. Dalam satu set gamelan biasanya mempunyai 4 saron, dan semuanya
memiliki versi pelog dan slendro. Saron menghasilkan nada satu oktaf lebih
tinggi daripada demung, dengan ukuran fisik yang lebih kecil. Tabuh saron
biasanya terbuat dari kayu, dengan bentuk seperti palu
4. Saran
Menurut saya, masih banyak hal-hal di
Indonesia yang perlu diperbaiki demi mempertahankan kebudayaan . Bidang budaya
yang saat ini sudah hampir tidak dikenal di masyarakat sebaiknya kita lebih
melestarikan lagi.
DAFTAR PUSTAKA
.2011. Gamelan
Jawa Tengah dan Yogyakarta , (Online),
(http://goblokku.wordpress.com/2011/09/14/gamelan-jawa-tengah-dan-yogyakarta/ ,
diakses 23 Mei 2013).
0 komentar:
Posting Komentar